Sunday, December 3, 2006

Sejarah Teapot

Awalnya adalah sebuah mimpi punya studio keramik atau wadah kegiatan membuat keramik. Dengan menyadari potensi sumber daya alam, dan warisan keahlian yang ada (craftsmanship), mengapa tidak? Ruang, tungku, tempat produksi dan mediasi wacana keramik, itu yang kami bayangkan. Mengapa Keramik? Keramik selain sebuah wadah, juga darinya mengalir 1001 kisah dari masa ke masa, keramik menampilkan cerita bagaimana ia di buat dan digunakan.

Pada tahun 2001, mimpi itu terwujud dengan dibuatnya sosok studio keramik sederhana di daerah Sonosewu Yogyakarta. Studio ini berfungsi untuk memfasilitasi aktivitas saya dan rekan-rekan membuat karya keramik ekspresi, kedua untuk melakukan serangkaian ekperimen glasir, tanah dan bentuk.

Lalu pada awal 2004, dengan resmi kami menamai studio keramik dengan nama “Teapot,_the house of Clay”, sekaligus mengartikan hadirnya sebuah rumah keramik pertama di Indonesia untuk kalangan peminat, pecinta, kolektor dan penggemar keramik.

Pada tahun itu, Teapot, the house of clay memiliki showroom /art shop yang menjual semua produk keramik buatan sendiri. Teapot mengontrak sebuah rumah Joglo Limasan milik salah satu rumah penduduk di perkampungan Jeron Beteng (Kompleks Benteng Dalam) tempat wisata Keraton, Taman Sari. Lokasi yang tak jauh dari Alun-Alun Kidul juga Pasar Burung Ngasem Yogyakarta.

Teapot kemudian pindah pada awal 2006 ini di lokasi bengkel pengecoran patung perunggu pematung Jogja, (Alm.) Bpk. Gardono, yang kini ditangani oleh putrinya yang kini meneruskan tradisi seni patung Ayahnya, Agnes Rita Darani. Lokasi ini berada di tengah pemukiman penduduk.

No comments: